KEUTAMAAN MENGASUH DAN MENYANTUNI ANAK YATIM

عَنْ سَهْلٍ بْنِ سَعْدٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا ، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

Artinya: Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Aku dan orang yang mengurus (menanggung) anak yatim (kedudukannya) di dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan (kedua jarinya yaitu) telunjuk dan jari tengah serta agak merenggangkan keduanya.” (HR. Imam Al-Bukhari).

(*) BEBERAPA PELAJARAN PENTING DAN FAEDAH ILMIYAH YANG DAPAT DIAMBIL DARI HADITS INI:

  1. Hadits SHOHIH ini menunjukkan kepada kita tentang besarnya pahala Dan keutamaan bagi orang yang mengasuh anak Yatim, yaitu ia akan menjadi orang yang dekat dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di dalam Surga.

  2. Yang dimaksud mengasuh anak Yatim ialah mencakup merawat n memeliharanya, menanggung biaya hidup (makan, minum, n pakaian) dan pendidikannya, membimbingnya dengan bimbingan islami dalam Hal aqidah (keyakinannya), ibadahnya, akhlak n muamalahnya dengan sesama makhluk. Atau bila Tidak mampu membimbingnya sendiri (secara langsung) karena keterbatasan ilmu agama, maka ia berupaya mengarahkan Dan menyekolahkannya di lembaga-lembaga pendikan islami yg bisa dipercaya n dipertanggung jawabkan kelurusan aqidah n pemahamannya thdp agama Islam, serta kurikulum n sistem pendidikannya.

  3. Keutamaan dan pahala besar tersebut akan diperoleh bagi siapa pun dari kaum muslimin yang mengasuh anak yatim, baik anak yatim itu adalah anaknya sendiri (dalam hal ini ibu kandungnya), maupun anak yatim dari orang lain. Demikian pula halnya, apakah anak yatim itu termasuk kerabatnya maupun yang tidak ada hubungan kekerabatan sama sekali. Dan jika anak yatim itu dari kerabatnya, maka sudah pasti pahala mengasuhnya lebih besar di sisi Allah ta’ala.

Hal ini berdasarkan hadits Shohih berikut. Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda:
كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ وَأَشَارَ مَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

Artinya: “Orang yang menanggung (mengasuh) anak yatim miliknya atau milik orang lain, aku dan dia seperti dua jari ini di surga.” Malik (perowi hadits) mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah.” (HR. Muslim).

  1. Yang dimaksud anak Yatim menurut pengertian syar’i ialah setiap anak laki-laki atau perempuan yang ditinggal mati oleh ayahnya sedangkan anak tsb belum baligh (walaupun ia masih punya ibu kandung).

Berdasarkan pengertian syar’i ini, maka bukan termasuk anak Yatim dalam beberapa keadaan berikut ini:

a. Setiap anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sedangkan ia sudah baligh.

b. Setiap anak yang ditinggal mati oleh ibunya, sedangkan ia masih punya ayah kandung.

c. Setiap anak yang ditinggal pergi oleh ayahnya bukan karena mati. Tapi karena terjadi perceraian dengan ibunya, atau karena ayahnya menikah lagi dengan wanita selain ibu kandungnya, sehingga ia n ibunya ditelantarkan dan tidak diberi nafkah.

  1. Tanda-tanda baligh pada anak laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut. Yakni apabila salah satu tanda ini sudah ada, berarti anak tersebut sudah dinyatakan baligh, Yaitu:

a. Mimpi “basah” (yakni mimpi berhubungan badan dengan lawan jenis).

b. Tumbuhnya bulu (rambut) kasar di sekitar kemaluan.

c. Mencapai usia 15 tahun.

d. Keluarnya darah haidh (tanda ini khusus bagi anak perempuan).

  1. Beberapa hukum Islam berkaitan dengan anak Yatim, di antaranya:

a. Anak Yatim yang diasuh atau diangkat oleh seseorang tidak boleh dinasabkan kepada orang tua asuh atau orang tua angkatnya, karena pada hakikatnya ia bukan anak kandung.

Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala:
ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ

Artinya: “Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak (kandung) mereka; itulah yang lebih adil di sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.” (QS. al-Ahzaab: 5).

b. Anak yatim yang diasuh atau diangkat oleh seorang muslim atau muslimah bukanlah termasuk mahrom baginya. Oleh karenanya, hendaknya para pengasuh yatim atau orang tua angkat menutup aurat di hadapan anak yatim tsb sebagaimana ia menutup aurat dari hadapan orang lain yg bukan mahromnya.

c. Anak Yatim yg diasuh atau diangkat oleh seseorang muslim/muslimah tidak berhak mendapatkan jatah warisan dari orang tua angkatnya jika ia mati, karena pada hakikatnya ia bukan anak kandung n tidak termasuk Ahli Waris.

Demikian beberapa pelajaran penting dan faedah ilmiah yg dapat kami sebutkan dari Hadits Shohih ini. Smg mudah dipahami n menjadi tambahan ilmu yg bermanfaat bagi kita semua. (Klaten, 14 Juni 2013

Ayat dan Hadis tentang Anak Yatim

“Dan berbuat baiklah kepada ibu bapak dan kaum kerabat serta anak-anak yatim dan orang-orang miskin.” (QS Al Baqoroh,2:83)

“Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.” (Al Baqoroh,2:177)

“Katakanlah, “Apa saja harta benda (yang halal) yang kamu infakkan, maka berikanlah kepada ibu bapak, kaum kerabat dan anak-anak yatim.” (QS Al Baqoroh,2:215)

“Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakanlah, “Memperbaiki keadaan anak-anak yatim itu amat baik bagimu.” (QS Al Baqoroh,2:220)

“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang telah baligh) harta-harta mereka.” (QS An Nisaa,4:2)

“Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap perempuan-perempuan yatim (bila kamu menikahi mereka), maka nikahilah dua, tiga atau empat…” (QS An Nisaa,4:31)

“Dan ujilah anak-anak yatim itu (sebelum baligh) sehingga mereka cukup umur (dewasa). Kemudian jika kamu melihat keadaan mereka (tanda-tanda yang menunjukkan bahwa mereka telah berfikir matang dan mampu menjaga hartanya) maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Janganlah kamu makan harta anak-anak yatim secara melampaui batas dan secara terburu-buru (merebut kesempatan) sebelum mereka dewasa.” (QS An Nisa,6)

“Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dan kaum kerabat dan anak-anak yatim.” (QS An Nisaa,4:127)

“Dan apa yang selalu dibacakan kepadamu dalam kitab ini mengenai perempuan-perempuan yatim…” (QS An Nisaa,4:6)

“Dan (kamupun diwajibkan) supaya mengurus (hak dan keperluan) anak-anak yatim dengan adil.” (QS An Nisaa,4:127)

“Dan janganlah kamu hampiri harta anak yatim melainkan dengan cara yang baik (untuk menjaganya)….” (QS Al An’am,6:521)

“Dan janganlah kamu menghampiri harta anak yatim melainkan dengan cara yang baik…” (QS Al Isro,17:34)

“Mereka juga memberi makan dengan makanan yang dibutuhkan dan disukainya kepada orang miskin dan anak yatim serta tawanan.” QS Ad Dahr,76:8)

“Tidak sekali-kali, bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim.” (QS Al Fajr,89:17)

“Atau memberi makan pada hari kelaparan terhadap anak-anak yatim dari kaum kerabat.” (QS Al Balad,90:14-15)

“Bukankah DIA dapati engkau dalam keadaan yatim, lalu DIA melindungi.” (QS Ad Dhuha,93:6)

“Maka adapun terhadap anak yatim, maka janganlah engkau hinakan.” (QS Ad Dhuha,93:9)

Persoalan anak yatim adalah persoalan yang sangat besar dan setiap orang bertanggungjawab untuk ‘menjaga’ mereka, harta mereka dengan hati-hati dan menyampaikan faidah dari harta anak yatim itu kepada mereka dan menjauhkan diri agar tidak memakan harta anak yatim. Bila hendak mengawini perempuan yatim, jangan sampai mengurangi mas kawinnya.

Rosululloh saw. bersabda, “Aku dan penjaga anak yatim akan berada di dalam Jannah yang berdekatan seperti dekatnya jari tengah dan jari telunjuk.”

Rosululloh saw. mengisyaratkan bahwa jari tengah lebih tinggi dari jari telunjuk, maksudnya adalah karena kenabian, kedudukan beliau saw. lebih tinggi dari orang lain, tetapi ‘penjaga’ anak yatim dan penjaga harta mereka akan berada berdekatan dengan beliau saw.

Rosululloh saw. bersabda, “Barangsiapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan memperoleh satu pahala, dan barangsiapa berbuat baik terhadap anak yatim, dia akan bersamaku di Jannah seperti dua jari ini.” Ketika mensabdakan hadits ini Rosululloh saw. berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya.

Diterangkan dalam sebuah hadits bahwa pada hari hisab ada sebagian orang yang dibangkitkan dalam keadaan api dinyalakan di mulut mereka. Mendengar hal ini sebagian sahabat r.a. bertanya, “Ya Rosululloh, siapakah mereka ini?” Rosululloh saw. menjawab dengan membaca ayat al Qur-an surat An Nisaa,4:10 “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sesungguhnya ia memasukkan api ke dalam perutnya. Dan mereka akan memasuki api yang menyala-nyala (neraka).”

Pada malam Isro Mi’raj, Rosululloh menemui suatu kaum yang bibir mereka besar seperti unta. Beberapa Malaikat dengan kasar membuka mulut mereka dan memasukkan batu-batu berapi yang besar ke dalamnya. Api itu masuk melalui mulut-mulut mereka dan keluar melalui dubur mereka, mereka menjerit dan menangis karena kesakitan. Rosululloh menanyakan ini kepada Jibril a.s., “Siapakah mereka itu?” Jibril a.s. menjawab”Merekalah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim. Kini mereka memakan api.”

“Ada empat jenis manusia yang tidak akan dimasukkan oleh ALLOH ke dalam Jannah dan mereka tidak akan mendapat nikmat sedikitpun dari nikmat Jannah:

  1. Orang yang gemar minum khomr (mabuk-mabukan)

  2. Orang yang makan riba

  3. Orang yang makan harta anak yatim secara zholim

  4. Orang yang durhaka pada ibu bapak.” (Durrul Mantsur)

Syah Abdul Aziz rah.a. menulis dalam tafsirnya bahwa ada dua jenis kebaikan dapat dilakukan terhadap anak yatim:

  1. Apa yang wajib bagi ahli warits. Misal: menjaga harta anak-anak yatim, mengembangkan hasil dari tanahnya agar keuntungannya dapat dipergunakan untuk biaya makan, pakaian dan pendidikannya.

  2. Yang bersifat umum. Yaitu jangan membiarkan anak yatim dalam kesusahan, berilah kasih sayang kepada mereka. Di dalam majlis berilah tempat duduk yang terhormat. Usaplah kepalanya dengan penuh kasih sayang, perlakukan mereka seperti kepada anak sendiri, lahir dan batin (agar mereka tidak merasakan kesedihan dan duka cita yang berlarut-larut karena kematian ayahnya). ~*~

AYAT-AYAT INFAQ, SEDEKAH DAN ZAKAT DALAM AL-QURAN

Belanja di jalan Allah

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 195
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Utama kaum keluarga

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 215
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa sahaja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.

Pinjaman kepada Allah

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 245
Siapakah yang mahu memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

Bersedekah sebelum terngadah

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 254
Wahai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebahagian daripada rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.

Sedekah itu barakah

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 261
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti dengan sebiji / sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai (bulir), pada tiap-tiap tangkai pula ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Sedekah dan iringan yang baik

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 262
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Maaf dan sedekah jangan berlawanan

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 263
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

Jangan hilangkan pahala sedekah

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 264
Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riak kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai (memperolehi) sesuatu pun daripada apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

Kebun sedekah

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 265
Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keredaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.

Sedekah yang baik-baik

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 267
Wahai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian daripada hasil usaha kamu yang baik-baik dan sebagian daripada apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 268
Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Menampak dan menyembunyikan sedekah

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 271
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan daripada kamu sebahagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Pahala untuk diri sendiri

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 272
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keredaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikit pun tidak akan dianiaya (dirugikan).

Miskin yang bermaruah
Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 273
(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya kerana (mereka) memelihara diri daripada minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.

Nafkah dalam sembunyi dan terang

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 274
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhuatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Sedekah itu subur

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 276
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

Sedekahkan hutang

Alquran > Surah Al Baqarah> Ayat 280
Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Raikan kaum kerabat

Alquran > Surah An Nisaa’> Ayat 8
Dan apabila sewaktu pembahagian itu hadir (kaum) kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka daripada harta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.

Tiada mudarat selepas sedekah

Alquran > Surah An Nisaa’> Ayat 39
Apakah kemudaratannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rezeki yang telah diberikan Allah kepada mereka? Dan adalah Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.

Bisikan yang paling baik
Alquran > Surah An Nisaa’> Ayat 114
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan daripada orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keredaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.

Bersolat dan bersedekah itu beriringan

Alquran > Surah Al Anfaal> Ayat 3
(Iaitu) orang-orang yang mendirikan solat dan yang menafkahkan sebahagian daripada rezeki yang Kami berikan kepada mereka.

Sedekah dibalas dengan kecukupan

Alquran > Surah Al Anfaal> Ayat 60
Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka (dengan) kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan daripada kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah nescaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Darjat pemberi sedekah

Alquran > Surah At Taubah> Ayat 20
Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi darjatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.

Pemberian bukan kerugian; tapi mengelak kecelakaan

Alquran > Surah At Taubah> Ayat 98
Di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) sebagai suatu kerugian dan dia menanti-nanti marabahaya menimpamu; merekalah yang akan ditimpa marabahaya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Sedekah itu jalan mendekati Allah

Alquran > Surah At Taubah> Ayat 99
Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah, sesungguhnya nafkah itu adalah suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri (kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga) Nya; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sedekah itu penyucian jiwa dan harta

Alquran > Surah At Taubah> Ayat 103
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Zakat dan Taubat beriringan

Alquran > Surah At Taubah> Ayat 104
Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat daripada hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang?

Ucapan untuk si pemberi

Alquran > Surah Yusuf> Ayat 88
Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: “Wahai al-Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.”

Sedekah sama ada sembunyi atau terang

Alquran > Surah Ar Ra’d> Ayat 22
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keredaan Tuhannya, mendirikan solat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),

Bersedekah sebelum terlewat

Alquran > Surah Ibrahim> Ayat 31
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan solat, menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli dan persahabatan.

Perbandingan yang menarik

Alquran > Surah An Nahl> Ayat 75
Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun dan seorang yang Kami beri rezeki yang baik daripada Kami, lalu dia menafkahkan sebahagian daripada rezeki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui.

Memberi kepada kaum kerabat

Alquran > Surah An Nahl> Ayat 90
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Beri kepada yang terdekat; tapi tidak pula boros

Alquran > Surah Al Israa’> Ayat 26
Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.

Halus bahasa kala menolak memberi sedekah

Alquran > Surah Al Israa’> Ayat 28
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat daripada Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.

Kelapangan rezeki di sisi Tuhan, Dia juga yang menggantikan pemberian

Alquran > Surah Saba’> Ayat 39
Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.

Perniagaan yang tidak akan merugi

Alquran > Surah Faathir> Ayat 29
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan solat dan menafkahkan sebahagian daripada rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,

Pahala yang besar

Alquran > Surah Al Hadiid> Ayat 7
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebahagian daripada hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (memberikan penguasaannya kepada kamu). Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebahagian) daripada hartanya memperoleh pahala yang besar.

Tidak sama bersedekah sebelum dan selepas futuh Makkah

Alquran > Surah Al Hadiid> Ayat 10
Dan mengapa kamu tidak menafkahkan (sebahagian hartamu) pada jalan Allah, padahal Allah-lah yang mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi darjatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Jihad yang terbaik dengan harta

Alquran > Surah Ash Shaff > Ayat 11
(Iaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya,

Jangan sampai terlewat

Alquran > Surah Al Munaafiquun> Ayat 10
Dan belanjakanlah sebahagian daripada apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

Memberi tanpa mengharap balasan

Alquran > Surah Al Insaan> Ayat 9
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keredaan Allah, kami tidak menghendaki balasan daripada kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.

Alquran > Surah Al Lail> Ayat 20
Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keredaan Tuhannya Yang Maha Tinggi.

Jangan mengherdik yang meminta-minta

Alquran > Surah Adh Dhuhaa> Ayat 10
Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu mengherdiknya.

KAOS KAKI ROBEK

Al-Kisah seorang kaya raya (Milyarder), sedang sakit parah..menjelang ajal menjemput dikumpulkanlah anak-anak tercintanya…

Beliau berwasiat: Anak-anaku…jika ayah sudah dipanggil yang Maha Kuasa, ada permintaan ayah kepada kalian “tolong di pakaikan kaos kaki kesayangan ayah, walaupun kaos kaki itu sudah robek, ayah ingin pake barang kesayangan semasa bekerja di kantor ayah dan minta kenangan kaos kaki itu dipake bila ayah dikubur nanti.

Singkat cerita Akhirnya sang Ayah meninggal dunia. Saat mengurus Jenazah dan saat mengkafani, anak2nya minta ke pak modin untuk memakaikan kaus kaki yg robek itu sesuai wasiat ayahnya. Akan tetapi pak modin menolaknya: “maaf secara syariat hanya 2 lembar kain putih saja yang di perbolehkan dipakaikan kepada mayat..”.

Terjadilah diskusi panas antara anak2 yg ingin memakaikan kaos kaki robek dan pak modin yg juga ustad yg melarangnya. Karena tidak ada titik temu dipanggilah penasihat keluarga sekaligus notaris. Beliau menyampaikan: “sebelum meninggal bapak menitipkan surat wasiat, ayo kita buka ber-sama2 siapa tahu ada petunjuk..”

Maka dibukalah surat wasiat alm milyarder buat anak2nya yg di titipkan kepada Notaris tersebut. Ini bunyinya: ” Anak-anakku pasti sekarang kalian sedang bingung, karena dilarang memakaikan kaus kaki robek kepada mayat ayah…lihatlah anak2ku padahal harta ayah banyak, uang berlimpah, beberapa mobil mewah, tanah dan sawah di-mana2, rumah mewah banyak..tetapi tidak ada artinya ketika ayah sudah mati. Bahkan kaus kaki robek saja tidak boleh dibawa mati. Begitu tidak berartinya dunia, kecuali amal ibadah kita, sedekah kita yg ikhlas. Anak2ku inilah yg ingin ayah sampaikan agar kalian tidak tertipu dg dunia yg sementara. Salam sayang dari Ayah yang ingin kalian menjadikan dunia sebagai jalan menuju Allah….Semoga mengingatkan kita… Wassalam “.

HIDUP INI MENCARI BEKAL BUKAN MENAMBAH BEBAN,

APA YANG ADA DALAM GENGGAMAN KITA ADALAH BEBAN, SEDANG YANG KITA BARIKAN ADALAH BEKAL

LEPASKAN APA YANG ADA DALAM GENGGAMAN KITA UNTUK AGAMANYA, MAKA ALLAH AKAN MELEPASKAN APA YANG ADA DITANGANNYA UNTUK KITA.

kisah sedih Gadis yatim piatu

Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia tinggalkan adalah saya pernah datang dan saya sangat penurut.Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia. Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya.
Dia hanya memiliki seorang papa yang mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah.
Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal. Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela nafas dan berkata, “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya makan”. Kemudian papanya memberikan dia nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya mulai bermunculanbintik- bintik merah. Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang memerlukan biaya sebesar 300.000 $. Papanya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya. Dengan berbagai cara meminjam uang kesanak saudara dan teman dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”. Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati”. “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”

Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: “Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah melihat foto ini”. Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamakannya sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia. Mereka mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini”. Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di-email bahkan menulis: “Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta.”

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke ibu kota . Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perempuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, “Anak yang baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah. Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: “Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut.Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan kemudia berkata : “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”. Wartawan itupun menjawab, “Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa berubah menjadi semakin baik”. Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini adalah surat wasiat saya.”

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,….. .. Dan dia juga ingin menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang-orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar. “Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakana ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”. Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya.

Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula-mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain.

Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah.. ……… ….” demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.

Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang dan aku sangat patuh” (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana . Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah datang dan aku sangat patuh”.

Renungan:
Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati kita. Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari kalangan Dunia.Walaupun hidup serba kekuarangan, Dia bisa memberikan kasihnya terhadap sesama.Inilah contoh yang seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang Pengasih.

Sertifikat Tunai Wakaf

Program terbesar Saung Yatim & Dhuafa saat ini adalah pembebasan tanah untuk pembangunan asrama yang terletak di Jl. Surya Banjar Desa banjarsari Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat, program ini kami beri nama (Sertifikat Tunai Wakaf) Jilid I dengan menerbitkan beberapa sertifikat dengan nilai mulai dari Rp.55.000, per 100 cm2 hingga Rp.5.500.000,- per m2. Dengan bantuan dan dukungan serta do’a anda, mudah-mudahan program ini segera terwujud agar mereka dapat tinggal dengan tenang di tempat yang lebih layak
Dengan Luas tanah 1000 m2 dengan harga 1.000.000/m2

Tiduri aku…, Ibu! [ Sebuah Perenungan ]

…Tersentak hati Bu Dina mendengar permintaan anaknya. Anak laki-lakinya ingin ditiduri, ingin diberi kehangatan darinya….kehangatan seorang wanita. Kehangatan…hmm……
—oooOooo—
Sebagai seorang wanita yang cantik, Dina memiliki hampir segala yang diimpikan kaum wanita. Parasnya ayu, manies dan selalu enak dipandang. Bentuk hidung, mata, alis, bulu mata hingga ke garis pipi yang tertata indah bak bulu perindu diatas bintang timur diwaktu senja. Posturnya tubuhnya sangat ideal untuk seorang wanita. Kulitnya yang putih dan jenis rambutnya yang panjang hitam bergelombang menambah nilai keaggunannya. Kemolekan lekuk tubuhnya menyebabkan ia sering disebut wanita terseksi.
Dina, seorang wanita karir pada salah satu perusahaan swasta besar di Ibukota, termasuk wanita yang cerdas. Ditunjang pendidikan formalnya yang merupakan alumni Pasca Sarjana Komunikasi Universitas ternama.
Loyalitas terhadap perusahaan tidak diragukan lagi, sehingga menjadikan dirinya sebagai salah satu ’maskot’ pegawai diperusahaannya. Tak heran bila karirnya bagai ’rising’ star. belum sepuluh tahun bekerja, dia sudah menduduki jabatan penting, setingkat Department Head (Kepala Bagian). Dikenal dekat dengan bawahan. Suppel dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan jajaran pimpinan. Tipikal Dina selalu menjadi bahan pembicaraan dikalangan pegawai, gunjingan hingga tentu saja ’fitnah’ dari orang-orang yang tidak menyukainya. Apalagi ketika terdengar kabar bahwa dia akan dipromosikan menjadi salah satu deputy kepala divisi.
’ah…paling dengan keseksiannya’ kata mereka yang tidak suka.
—oooOooo—
”Ibu mau kemana….?” tanya Fitri, puteri bungsunya
”Ibu mau berangkat ke kantor nak…” jawab Dina, sambil merapihkan pakaiannya
”Kok masih gelap bu….bareng ayah gak bu…?” tanya Fitri lagi dengan bahasa anak yang agak cadel
”Ayah khan belum pulang nak. Masih di Bandung…” jawab dina, tanpa memalingkan wajah dari cermin hiasnya
Jam masih menunjukkan pk. 04.25 pagi. Hari masih gelap. Anak-anaknya masih terlelap, kecuali Fitri yang terbangun karena mendengar suara peralatan riasnya.
”Aku tidak boleh terlambat…aku harus tiba sebelum Bos dan Klienku datang..” pikir Dina dalam hati
”Bu, aku masih mau tidur….” kata Fitri
”Iyya nak….”
.Dina mencium kening anak puteri satu-satunya itu. Dengan penuh kasih sayang dipeluknya erat sambil berkata pelan, ”Nanti sekolah sama si Mbok ya….sarapan disekolah juga gak apa-apa kok…Ibu harus berangkat pagi-pagi…”
”Ah, Ibu…kemarin sudah pegi pagi…kemarinnya lagi pagi, sekarang pagi lagi…” keluh Fitri, dengan menggeleng-gelengkan kepalanya
”Fitri, Ibu bekerja juga untuk Fitri. Untuk sekolah Fitri dan Adit…..untuk membelikan Fitri rumah-rumahan dan masak-masakan…” jawab Dina pelan
”Tapi Ibu selalu pulang malam. Fitri gak pernah tidur bareng Ibu. Makan sama si Mbok…sekolah juga sama si Mbok….” keluh Fitri lagi sambil menggulingkan tubuhnya.
”Fitri, Ibu mau berangkat…..kamu berangkat sama si Mbok ya…!” seru Dina dengan sedikit keras dan wajah agak memerah.
Dina segera keluar kamar. Dia memang tidur bersama anak puterinya yang masih berusia tiga tahun. Ketika akan membuka pintu kamar, Dina menyempatkan diri melihat raut wajahnya dicermin.
Terlihat jelas rona merah diwajahnya. Warna kulitnya yang putih menambah kejelasan ’rona merahnya’. Dina menghela nafas panjang, kemarahan sesaat telah merubah tutur bahasanya. Sudah merubah pula paras ayunya…
”Huh…Fitri selalu membuat aku marah….Fitri sering memperlambat jalanku ke kantor…” keluhnya sambil mengusap keringat didahinya.
”Ah sudah pk. 04.45…aku bisa terlambat …”
Dina mempercepat langkahnya. Sampai diteras rumah keraguan muncul dihatinya….Dia belum sempat bicara dengan Adit, anak sulungnya…
”Ah dia khan sudah tujuh tahun. Sudah lebih besar. Dia pasti ngerti lah…”
—oooOooo—
Presentasi mengenai pengembangan perusahaan, khususnya bidang komunikasi, kemitraan dan pemasaran yang dipaparkan Dina memdapatkan sambutan luar biasa dari Stake Holder (Pemegang Saham, Komisaris, Jajaran Direksi dan Mitra Kerja). Sambutan itu ditandai dengan tepuk tangan meriah sambil berdiri dan ucapan selamat yang seolah tak putus.
Senyum sumringah tersembul dari wajah Dina. Perasaan puas memenuhi rongga hatinya. Dia menghela nafas panjang. Memejamkan mata sesaat….”Akhirnya aku berhasil….”
Untung aku bisa mempersiapkan diri dengan baik. Untung juga aku tiba lebih awal sehingga bisa mengkondisikan semuanya…….
”Dina selamat ya….tidak sia-sia kami menempatkan kamu sebagai Dept Head Promosi & Kemitraan…..” kata seorang Direksi sambil menjabat erat tangan Dina.
Jabatan tangan yang terasa ’lain’. Terasa ada getaran ’hangat’ yang menjalar melalui jari-jari terus hingga pangkal tangan, dan meluncur deras dihati. Jantung berdegup kencang…entah perasaan apa itu. Yang jelas perasaan itu membuatnya pikirannya ’kacau’, hatinya diliputi oleh suatu misteri..entah misteri apa
”Dina, kerja kamu luar biasa…..masih muda, cantik, jenius….tak salah jika Perusahaan memberimu posisi tsb…..” kata seorang Komisaris
Pujian komisaris menambah kencang degup jantungnya…seolah darah berhenti mengalir. Seolah kaki sulit untuk digerakkan. Dengan menghirup nafas pelan, Dina membalas pujian tsb
”Terima kasih Pak..terima kasih…semua berkat bantuan dan bimbingan Bapak…”
”Berapa usiamu sekarang… adakah 40…?” tanya Komisaris itu lagi
Dina tersipu malu…..rona merah kembali menghiasi wajahnya….
”Saya baru 34…. Pak…” jawab Dina sambil tertunduk malu
”Wow…Surprise…kita memiliki calon direksi termuda. Cantik, jenius dan ber-visi…semoga kamu sukses ya….”
Dina terkesima. Tak percaya. Calon direksi….? ah, gak mungkin… aku salah dengar….
—oooOooo—
Minggu, pk. 04.00 Dina terbangun.
Ohhhhh….lelah pikiran dan badannya membuatnya agak sedikit malas untuk bangun. Namun undangan stake holder untuk sekedar minum kopi pagi di Kafe Padang Golf mengharuskan dia untuk segera bergegas…..
”Ah….ngantuknya…..”
Dina kembali merahkan badannya….rasanya dia ingin meliburkan diri bersama anak-anaknya….terutama Fitri yang kemarin membuatnya sedikit marah….
Tapi…undangan Direksi dan Komisaris adalah sebuah ’Perintah’…laksana titah Raja yang harus dijalankan, meskipun hanya ajakan sambil lalu…
”Ahhhh…..”
Dina mulai menyiapkan diri. Mandi pagi dan sedikit bersolek….tampil agak cantik dan…hmmmm..seksi dikit rasanya tidak apa-apa. Toh akan bersantai bersama orang-orang penting ’penguasa’ kantor….’apalagi bila….bila ada yg tertarik padaku…’ pikirnya..
’ah pikiran ngelantur…..’ pikirnya lagi
”Ibuuuu….Tolong tiduri aku Bu….” seru Adit sambil berjalan pelan dan membawa bantal guling yang sarung entah kemana
”Adiiit….?” tanyanya heran
”Adiit….” seru Dina kembali. Heran, tidak biasanya Adit bangun pagi dan pindah ke kamarnya.
”Ibuuu…tolong tiduri aku bu…semalam aku gak bisa tidur…aku kepikiran Ayah….aku ingin bermain bersama Ayah….”
”Adit. Hari ini Ibu masuk kantor….Ibu akan bertemu Bos di kantor…” jawab Dina
”Ibuuu…tolong tiduri aku…aku ngantuk …pengen tidur bareng Ibu…” pinta Adit, kemudian merebahkan kepalanya di pangkuan Dina, Ibundanya…
Dina terdiam. Hatinya semakin membuncah….perasaan malas memenuhi undangan Direksi kembali muncul….tapi motivasi untuk memperlihatkan loyalitas demikian tinggi…dus, dia sudah berdandan seksi.
Diusap-usap perlahan kepala Adit. Rambutnya yang sedikit ikal bergelombang mirip seperti rambutnya. Bentuk wajahnya yang agak oval dan halus merujuk pada ayahnya…
”ahhh..aku jadi ingat Mas Darman. Wajah Adit mirip ayahnya….semalam dia memberi kabar kalau Meeting di bandung diperpanjang karena banyak Klien baru yang ikut datang….” bathin Dina dalam hati….seketika ia merasa bersalah dengan suaminya.
”Adiiit, Ibu harus pergi sayang…..Ibu harus masuk kantor…..”
”Tapi buu…” Adit tidak bisa meneruskan kalimatnya, karena Dina mengangkat kakinya perlahan, sehingga kepala Adit berpindah ke bagian pinggir tempat tidur.
Dina meneruskan riasannya dimuka cermin yang ada di sisi kanan tempat tidurnya. Bibirnya diolesi lipstick tipis warna merah muda, sesuai dengan pakaian yang dikenakannya. Pakaian terbaik yang dimilikinya, hadiah Ulang Tahun dari Mas Darman suami tercinta.
”Mas Darman pasti akan silau bila melihat aku sekarang. Pasti akan memujiku ’Cantiiik’..hehehe…sayang dandananku saat ini untuk orang lain….”
”Huk..huk..huk..” suara batuk kecil beriak keluar dari mulut Adit
”Adiit, kamu batuk. Jajan apa kamu kemarin” tanya Dina sambil terus memainkan penghalus bedak dipipinya
”Huk..huk..huk..” suara itu kembali terdengar
“Mboookkk….tolong ambilkan air putih hangat. Adit batuk nih” teriak Dina dari dalam kamarnya
Tepat pk. 05.00 Dina meluncur menuju Kafe Padang Golf. Perjalanan akan memakan waktu 30 menit. Cukuplah. Karena pertemuan dan sarapan kopi pagi baru akan dimulai pk. 06.00. Tapi biasanya banyak yang sudah datang dengan perlengkapan stick golf, termasuk pemilihan ’caddy’ pendamping permainan golfnya nanti.
—oooOooo—
Dina sangat menikmati suasana Kopi Paginya. Dia begitu cepat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tidak ada lagi perasaan canggung, malu dan minder bercengkerama dengan jajaran Direksi, Komisaris dan Pimpinan Unit Mitra Kerja. Apalagi dalam acara yang dikemas secara informal ini. Seolah ia sudah menjadi bagian dari mereka. Jajaran elit perusahaan.
”Penuhi jiwa ini dengan satu rindu…rindu untuk mendapatkan rahmat-Mu…meski tak layak ku harap debu Cinta-MU” ringtone HP Dina berbunyi….
”Maaf Pak,,,,,,,” Dina tak sanggup meneruskan kata-katanya untuk meminta ijin mengangkat Hpnya
”Silakan ..silakan….ini suasana santai kok” jawab salah seorang Direksi
”Permisi Pak”
”Meski begitu ku akan bersimpuh… Penuhi jiwa ini dengan satu rindu…rindu untuk mendapatkan rahmat-Mu….” ringtone itu terus berbunyi…
Ditempat yang agak jauh dari kerumunan orang Dina mengangkat Hpnya…
”Hallo….” sapanya
”Bu…kamu ada dimana sekarang….?” tanya suara disana dengan lembut
”Sedang bersama Direksi dan komisaris di kantor.. Yahas…” jawab Dina
Ohhh,…ternyata dari mas Darman, suaminya. Dina terbiasa memanggilnya Ayah, menyesuaikan diri dengan panggilan anak-anaknya
”Loch emangnya masuk… ?” tanya Mas Darman lagi
”Iyya Yah…”
”kapan pulangnya…Adit sakit di rumah kata si Mbok…”
”nanti siang…..atau mungkin juga sore…”
”Yaa sudah…biar Ayah saja yang pulang segera”
—oooOooo—
Pk. 15.30 Dina kembali kerumahnya. Sarapan Kopi Pagi di kafe Padang Golf ternyata diteruskan dengan acara ramah tamah dan meeting informal dengan Mitra Kerja dan Klien. Beberapa Kontrak Kerja ’deal’ setengah kamar dalam ramah tamah itu. Dina baru mengetahui kalau banyak ’deal’ ’deal’ kontrak kerja yang putus di Kafe, Padang Golf serta jamuan makan. Mungkin karena lebih santai dan informal….pikirnya, sehingga lebih mudah untuk bicara dari hati ke hati
Tiba di ujung jalan pemukiman, Dina melihat banyak orang berduyun menuju satu rumah dengan membawa nampan, rantang dan gelas-gelas kecil.
”Ada apa ini…?” tanya Dina dalam hati
Ada bendera kuning terikat di atas tiang listrik tepi jalan…
”Ohh ada yang meninggal….”
Dina mempercepat langkahnya. Ia juga ingin melayat. Ia tak ingin juga tertinggal dalam urusan sosial di lingkungannya….
Tak berapa lama Dina tersentak. Kakinya kaku tak bisa digerakkan….dia melihat banyak orang berkerumun dipekarangan rumahnya. Kebanyakan ibu-ibu dan wanita yang mengenakan pakaian berwarna gelap dan berkerudung. Bapak-bapak ada di ruang tengah…
”ohh…apakah…apakah…..”
”Tidaaaakkkkkkkkk”
Dina mencoba untuk berlari. Namun kakinya semakin sulit bergerak.
Air mata Dina deras mengalir ketiak ia melihat seorang bapak berpeci hitam dan berpakaian muslim putih sedang melantunkan ayat-ayat Qur’an. Dari suaranya tersendat terlihat jelas bahwa Bapak itu menahan tangis. Kadang sesegukan sesekali menghambat laju bacaan Qur’annya..
”Mas Darman…..Ayahhhhhh” seru Dina setengah berteriak
“Ayah siapa yang meninggal Yah….?” tanya Dina kepada Bapak yang sedang mengaji tadi
”Ayah..siapa yah….?” tanyanya lagi
Bapak tadi tidak menjawab. Telunjuk jarinya mengisyaratkan bahwa Dina bisa membuka kain kafan yang belum tertutup
Dengan sedikit merangkak, Dina berjalan tersendat, dan membuka kain kafan penutup wajah si mayit.
”Yaa Allah…Aadiiitttt” Dina langsung memeluk tubuh jenazah itu
”Maafkan Ibu Nak….maafkan Ibu nak…….” teriak Dina keras, membuat seisi rumah menoleh kepadanya. Bahkan beberapa orang yang berada di luar juga berlari kearah rumah
”Adddiiiiittttt….Sini nak…Ibu akan tiduri kamu…Ibu akan tidur bersamamu Nak…..”
”Addiiittttt bangun nak..Ibu sudah pulang…Ibu sudah pulang nak….”
”Ibu ingin tidur bersama mu….”
Dina meraung keras seperti anak kecil yang kehilangan orang tuanya….air matanya mengalir deras. Tak kuasa menahan sedih. Rasanya ingin sekali ia menggoyang-goyangkan tubuh kaku itu agar kembali bergerak….namun Mas Darman segera merangkulnya. Memeluknya. Dan mencium keningnya…
”Bu….ini salah kita..salah Ayah….Ayah terlalu sering meninggalkan keluarga..”
”Bukan Yah…ini salah Ibu…tadi pagi Adit minta ditemani tidur, tapi Ibu tolak…”
”Ya sudahlah…ini salah kita semua. Adit terkena paru-paru basah akut. Dan terlambat ditolong…..”
—oooOooo—

“Kalau sudah tiada baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh berharga….” (Roma Irama – Kehilangan)

Kisah Si Tukang Gorengan

(Kisah Inspiratif-)

Alkisah ada seorang penjual gorengan yang selalu menyisakan buntut singkong goreng yang tak terjual. Dia selalu memberikan sisa gorengan tersebut pada seorang bocah yang sering main di tempatnya mangkal.

Tanpa terasa, sudah lebih dari 20 tahun dia menjalani usahnya itu. Namun tidak ada perubahan yang berarti; usahanya tetap begitu2 saja.

Suatu hari, datang seorang pria membawa mobil mewah, lalu berhenti di depan gerobak gorengannya. Pria itu bertanya, “Ada gorengan buntut singkong, Pak?”

Si tukang gorengan lantas menjawab, “Nggak ada, Mas.”

“Saya kangen sama buntut singkongnya, Pak. Dulu waktu kecil, ketika ayah saya baru meninggal, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman saya mengejek saya karena tidak bisa beli jajanan. Tapi waktu itu, Bapak selalu memberi buntut singkong goreng kepada saya, setiap kali saya main di dekat gerobak bapak,” ujar pria muda itu.

Tukang gorengan terperangah. “Yang saya berikan dulu kan cuma buntut singkong.. Kenapa kamu masih ingat saya?”

“Bapak tidak sekadar memberi buntut singkong, tapi juga sudah memberikan kebahagiaan dan harapan buat saya. Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Bapak. Tapi, saya ingin memberangkatkan Bapak ke Tanah Suci. Semoga Bapak bahagia,” lanjut pria itu.

Si tukang singkong goreng hampir tidak percaya. Hanya sebuah kebaikan/sedekah kecil tapi mendatangkan berkah yang begitu besar!

Selalu bersyukur & berbuat baik. Sekecil apa pun, asal ikhlas dan tulus, pasti akan membuahkan kebahagiaan dan keberkahan.

Sahabat, Ramadhan alhamdulillah puasa Kita udah 9 hari, SANGAT RUGI jika kita sia-siakan segala bentuk peluang emas di bulan Mulia ini, bersegeralah memperbanyak Amal Shaleh, ikuti program-program sukses Ramadhan bersama Saung Yatim Dhuafa, info lengkap di https://saungyatim.wordpress.com
WhatsApp Saung Yatim & Dhu’afa : +6289614988518
BBM Saung Yatim & Dhu’afa : 2A7DB6B5
————————————————
BAHAGIA KITA DENGAN MEMBERI,
ABADIKAN HARTA DENGAN SEDEKAH,
bersama https://saungyatim.wordpress.com
By. Ustad Cinta
BCA 547-036-7433,
BRI 094-501-001839509
BRI Syariah 1012636225
a/n Wawan Setiawan

Kunci Sukses dan Bahagia Para Sahabat Nabi

Menyerahkan segala permasalahan kepada-Nya,pasrah kepada-Nya dengan segala ketulusan iman di dalam hati. Niscaya Allah akan menyibakkan mendung-mendung itu
ADAKAH orang yang paling layak diteladani dalam kehidupan ini selain daripada sahabat-sahabat Rasulullah? Adakah orang yang paling bahagia di dunia ini selain dari pada sahabat-sahabat Rasulullah?
Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah zamanku, dan kemudian setelahnya, dan kemudian setelahnya.” (HR. Bukhari).
Secara aqliyah, hadits ini memberikan penegasan yang sangat jelas bahwa umat Islam dimana dan kapan pun harus meneladani para sahabatnya dalam menjalani kehidupan ini. Karena para sahabat itu adalah profil sebaik-baik manusia.
Di antara sahabat ada yang hidup kaya raya tetapi tetap dalam keimanan. Ada yang hidup sederhana tetapi sangat gemar dalam sedekah. Bahkan ada yang hidup sangat susah, tetapi tetap bahagia dalam ketaatan dan ketakwaan. Mereka tidak meratapi kemiskinannya, tetapi malah berpikir bagaimana tidak kalah dalam beramal dengan sahabat-sahabat lain yang memiliki kemampuan sedekah.
Abu Dzar berkata, beberapa shahabat berkata kepada Rasulullah. “Wahai Rasulallah, orang-orang kaya itu mengumpulkan banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka (sementara kami tidak bisa bershadaqah).”
Beliau bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang bisa kalian shadaqahkan? Sesungguhnya setiap tasbih (subhanallah) adalah shadaqah, setiap takbir (Allahu Akbar) adalah shadaqah, setiap tahmid (alhamdulillah) adalah shadaqah, setiap tahlil (laa ilaaha illallaah) adalah shadaqah, menyeru kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah, dan bersetubuh dengan istri juga shadaqah.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulallah, apakah jika di antara kami menyalurkan hasrat biologisnya (kepada istrinya) juga mendapat pahala?” Beliau menjawab: “Bukankah jika disalurkan pada yang haram dia berdosa? Maka demikian pula jika disalurkan pada yang halal, dia mendapatkan pahala.” (HR Muslim).
Demikian indah cara pandang para sahabat dalam menjalani kehidupan dunia ini. Mereka tidak pernah iri dengan harta benda atau kekayaan sahabat yang lain. Yang mereka khawatirkan justu bagaimana tidak kalah dalam amal sholeh dengan sahabat-sahabat Nabi yang memiliki kekayaan.
Lima Kepibadian Sahabat
Dr. Aidh Al-Qarni dalam buku fenomenalnya “La Tahzan” menuliskan bahwa ada lima hal yang menyebabkan para sahabat disebut sebagai sebaik-baik manusia.
Pertama, mereka menerapkan pola hidup sederhana dan tidak memaksakan diri. Para sahabat selalu menghadapi permasalahan hidup secara wajar, tidak terlalu berlebihan dan tidak terlalu terbebani. “Dan Kami akan memberi kamu taufik ke jalan yang mudah.” (QS. 87: 8).
Kedua, para sahabat memiliki ilmu yang luas, penuh berkah, dan praktis. Ilmu mereka bukan retorika belaka dan amat jelas – tidak berbelit-belit. “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. 35: 28).
Ketiga, bagi para sahabat, amalan hati jauh lebih berat daripada ibadah fisik. Di hati mereka ada keikhlasan, inabah, tawakal, kecintaan yang mendalam kepada Allah, serta raghbah (keinginan dekat dengan Allah yang memuncak). Hati mereka juga selalu diliputi rahbah (rasa khawatir amal-amal yang dilakukan tidak berkenan di sisi Allah), khasyyah (perasaan takut jika siksa Allah menipanya), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Keempat, mereka sengaja mengurangi kenikmatan dunia. Menjaga jarak serta menjauhkan diri dari godaan dan kemewahan duniawi. Semua ini membuat mereka berada dalam ketenangan, thuma’ninah, dan sakinah.
وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُوراً
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Israa’ [17]: 19).
Kelima, mereka menempatkan jihad sebagai amalan di atas amalan yang lain. Sampai-sampai jihad menjadi tanda, karakter dan motto hidup para sahabat. Dengan jihad para sahabat mampu menghilangkan kegundahan, keresahan dan kesedihan. Sebab, di dalamnya ada dzikir, amal, pengorbanan dan gerak tubuh.
Semua itu karena jihad merupakan jalan terbaik seorang hamba merasakan kebahagiaan sejati.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-ankabut [29]: 69).
Demikianlah para sahabat dalam menjalani kehidupan ini, sehingga pantas jika mereka disebut Rasulullah sebagai sebaik-baik manusia.
Hidup memang tidak selamanya indah, kadang duka nestapa menghampiri kehidupan kita. Akan tetapi, segelap apa pun mendung tebal bergelayut di dalam hati dan pikiran kita, sebagai Muslim kita harus tetap kembali kepada Allah.
Menyerahkan segala permasalahan kepada-Nya,pasrah kepada-Nya dengan segala ketulusan iman di dalam hati. Niscaya Allah akan menyibakkan mendung-mendung itu dan mengembalikan ketenangan dan ketentraman di dalam hati dan pikiran kita.
Inilah kunci sukses dan bahagia para sahabat dalam menjalani kehidupan dunia yang sementara ini. Oleh karena itu, mari kita latih diri ini, secara perlahan dan bertahap untuk bisa meneladai pribadi-pribadi mereka yang mulia di sisi Allah dan Rasul-Nya.*
Rep: Imam Nawawi

Nikmatnya Sedekah

Nikmatnya Sedekah

Suatu hari, anak seorang lelaki miskin yang hidup dari menjual asongan dari pintu ke pintu menemukan bahwa kantongnya hanya tersisa beberapa sen uangnya, dan dia sangat lapar.

Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. Akan tetapi, anak itu kehilangan keberanian saat seorang wanita muda membuka pintu rumah. Anak itu tidak jadi meminta makanan, dia hanya berani meminta segelas air.

Wanita muda tersebut melihat dan berpikir bahwa anak lelaki tersebut pastilah lapar. Oleh karena itu, dia membawakan segelas susu. Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat.

Kemudian, dia bertanya, “Berapa aku harus membayar untuk segelas susu ini?” Wanita itu menjawab, “Kamu tidak perlu bayar apa pun. Ibu kami mengajarkan tidak menerima bayaran untuk kebaikan,” kata wanita itu menambahkan.

Kemudian, anak lelaki itu menghabiskan susunya dan berkata, “Dari dalam hatinya, Trimakasih Ya Allah atas nikmat yang Engkau berikan ini.”

Sekian tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menanganinya.

Akhirnya, mereka mengirimnya ke kota besar tempat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langkanya tersebut.

Dr. Howard Kelly dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Saat dia mendengar kota asal si wanita tersebut, terbersit seberkas pancaran aneh pada mata Dr. Kelly. Dia segera bangkit dan bergegas turun melalui hall rumah sakit menuju kamar si wanita tersebut.

Dengan berpakaian jubah kedokteran, dia menemui si wanita itu. Dia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Kemudian, dia kembali ke ruangkonsultasi­ dan memutuskan untuk melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, dia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita tersebut.

Setelah melalui perjuangan yang panjang,akhirny­a diperoleh kemenangan.. Wanita itu sembuh! Kemudian ­, Dr. Kelly meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatan wanita itu kepadanya…

Dr. Kelly melihatnyadan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, lalu mengirimkannya ke kamar pasien.

Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut. Dia sangat yakin bahwa dia tak akan mampu membayar tagihan tersebut, walaupun harus dicicil seumur hidupnya.

Akhirnya, dia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Dia membaca tulisan yang berbunyi…

“Telah dibayar lunas dengan segelas susu!”
Tertanda,
Dr. Howard Kelly

Air mata kebahagiaan membanjiri mata wanita itu. Dia berdoa, “Ya Allah, terima kasih… bahwa cinta-Mu telah memenuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia.”

Terkadang, Sedekah dan Kebaikan dimasa lalu dapat menyelesaikan masalah kita di masa yang akan datang.

Silahkan di Share, Insya Allah bermanfaat bagi yang lain.

Sumber: Cinta Ayah dan Bunda

PROPOSAL CINTA YATIM NUSANTARA

proposal cinta yatim1
Dalam upaya memenuhi kebutuhan anak-anak asuh binaan kami , kami bermaksud mengajukan permohonan baik berupa dana ataupun barang .
Semoga sekecil apapun yang kita lakukan untuk mereka, merupakan sebuah amal ibadah yang akan memiliki nilai berarti bagi mereka dan mulia di sisi Allah SWT.

Kami menerima :

ZAKAT – INFAQ – SHODAQOH – NADZAR

proposal cinta yatim2
1. Asrama, yakni rumah singgah anak-anak asuh

2 .Kebutuhan makan, yakni biaya dapur dan logistik

3.Kebutuhan pakaian, yakni biaya pakaian harian dan seragam sekolah

4.Kebutuhan pendidikan yakni biaya sekolah SD, SMP,
SMA, operasional dan perpustakaan

5. Manajemen biaya operasional

5.Barang berguna layak pakai, yakni peralatan dapur, peralatan tidur, peralatan sekolah, peralatan kantor, peralatan olah raga dll.

proposal cinta yatim3
Saung Yatim & Dhu’afa bukanlah Panti Asuhan pada umumnya,disebut Saung Yatim & Dhu’afa karena didalamnya terdapat anak-anak yang belum mukallaf/belum mampu mandiri tapi telah terputus nafkah dari keluarganya, juga merupakan Sarana tempat untuk memproses kemandirian anak-anak dari masyarakat umum lainnya

Saung Yatim & Dhu’afa menfasilitasi para Yatim dan Dhu’afa mendapatkan haknya agar dapat mengenyam hidup dan pendidikan yang layak ditempat mereka terdampar saat ini

Saung Yatim & Dhu’afa siap bersinergi kepada semua Pihak baik secara kelembagaan maupun personal yang ingin memberikan kontribusi dan solusi riil dalam memberdayakan Para Yatim dan Dhu’afa

Berharap dari sini akan lahir manusia-manusia sholeh yang siap membantu ummat dan menduplikasi sistem pendidikan dan pembinaan yang solutif ini keseluruh Nusantara khususnya untuk para Yatim dan Dhuafa

proposal cinta yatim4
Visi

Terwujud Lembaga sosial yang care and religius, harmonis, amanah, profesional dengan prestasi nasional maupun internasional

Misi

1.Membangun nilai-nilai kemandirian yatim dan dhu’afa

2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dukungan sumber daya untuk kemandirian yatim dan dhu’afa dalam berkarya.

3. Mengelola amanah umat secara profesional dan sesuai syariah sehingga lebih berdaya guna untuk Ummat.

4. Mendidik dan memberdayakan anak yatim, dan kaum dhuafa untuk menjadi pribadi muslim yang sholeh dan berakhlak mulia.

proposal cinta yatim5

proposal cinta yatim7

proposal cinta yatim8

KISAH ABDULLAH BIN ABBAS DALAM MENUNTUT ILMU

Abdullah bin Abbas Radiyallahu ‘anhu atau yang dikenal dengan nama Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu berkata, “Setelah Rasulullah Shollalahu ‘Alaihi Wasallam wafat, aku berkata kepada temanku dari kaum Anshar, “Sekarang Rasulullah telah wafat, di antara kita masih banyak sahabat yang masih hidup. Marilah kita temui mereka untuk menanyakan tentang ajaran Islam dan kita hafalkan.’Teman Ansharku berkata, ‘Bukankah orang-orang selalu datang kepadamu untuk bertanya tentang agama walaupun para sahabat tersebut masih hidup?”
Saya menjawab, “Karena itulah, meskipun jemaah para sahabat yang besar masih ada, orang-orang sudah tidak memiliki perhatian penuh kepada mereka dan tidak mempunyai lagi semangat ke arah itu.”
Kemudian saya mulai mencari-cari ilmu agama, saya mendatangi setiap orang yang saya duga telah mendengar sesuatu dari Rasulullah Shollalahu ‘Alaihi Wasallam. dan menelitinya sampai akhirnya aku berhasil memperoleh sejumlah besar hadis-hadis dari kaum Anshar.
Apabila aku mendapati mereka sedang tidur, aku menghamparkan sorbanku di pintu pagar rumah mereka dan aku duduk di atasnya sambil menunggu mereka. Walaupun terkadang mukaku dan badanku penuh dengan debu, aku terus bertahan hingga mereka bangun agar aku dapat bertanya kepadanya.
Sebagian besar dari mereka berkata kepadaku, “Abdullah, kamu adalah sepupu Rasulullah Shollalahu ‘Alaihi Wasallam, sepatutnyalah kamu memanggilku untuk datang ke tempatmu, tidak sepatutnya kamu bersusah payah untuk menemuiku di sini.”
Kemudian aku berkata kepada mereka, “Aku adalah seorang penuntut ilmu. Oleh karena itu, aku lebih patut untuk datang menemuimu.”
Mereka kembali bertanya, “Sejak kapan kamu menungguku?”
Aku memberi tahu mereka bahwa aku telah menunggunya sejak lama. Kemudian mereka berkata kepadaku, “Sungguh kasihan! Mengapa kamu tidak memberitahuku?”
Aku berkata, “Hatiku tidak menginginkan engkau datang terlebih dahulu sebelum menyelesaikan keperluan-keperluanmu.”
Hingga tiba pada suatu waktu ketika orang-orang berduyun-duyun datang kepadaku untuk mencari ilmu. Orang-orang Anshar itu mulai menyadari dan berkata, “Anak ini ternyata lebih pandai daripada kita.”
Demikianlah keinginan dan kerendahan hati Ibnu Abbas Radiallahu ‘Anhu dalam menuntut ilmu membuatnya mendapat gelar Hibrul Ummah (tinta umat) juga sebagai Bahrul Ilm (lautan ilmu) di zamannya.
Sifat rendah hati yang dimiliki para pencari ilmu lahir karena keinginanan dan kebutuhan akan ilmu tersebut digambarkan dari pengalaman sahabat dan para ulama terdahulu.

Kisah Mengharukan, Ulbah bin Zaid sang Faqir yang Dermawan

Kuda perang Sahabat KIAT…
Ulbah bin Zaid adalah salah satu potret sang faqir yang dermawan.
Lantas apa yang dapat dia infakkan?
Padahal tidak memiliki apa-apa.
Mengapa Allah mendengarkan doa-doanya? Padahal tidak ikut andil dalam berjihad.
Pasti dia memiliki keistimewaan.
Apa sih keistimewaannya?
Yuk kita simak kisahnya….

Ulbah bin Zaid adalah salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam dan dia adalah salah satu potret kedermawanan si faqir. Bagaimana si faqir dermawan? Ini adalah hal yang luar biasa. Biasanya kedermawanan berasal dari yang kaya. Ulbah bin Zaid si faqir yang sangat dermawan.

Ketika itu musim paceklik sedang melanda kota Madinah. Ekonomi kaum muslimin sedang sulit. Musim panas sedang berada di puncak. Angin musim itu juga membawa hawa panas. Debu-debu beterbangan mengotori atap-atap dan halaman rumah penduduk kota Madinah. Kulit serasa diiris, mata perih seperti diteteskan air cuka pada luka. Bagi penduduk Madinah musim panas seperti itu biasanya mereka lebih memilih untuk istirahat di rumah atau tinggal di kebun mereka sambil memetik kurma muda yang memang lagi ranum-ranumnya. Karena pohon kurma berbuah pada musim panas.

Tahun itu bertepatan dengan Tahun kesembilan Hijrah, satu bulan menjelang Ramadhan. Bagi sahabat Rasulullah perkembangan politik Islam di Madinah sangat luar biasa karena dampak dari pengiriman surat-surat Rasulullah kepada semua Raja yang dikenal oleh bangsa Arab yang menambah panas keadaan baginya. Karena kalangan sahabat sudah tersebar berita akan persiapan bala tentara Romawi sebagai negara yang terbesar saat itu. Sebagai tindak lanjut dari Perang Mut’ah yang sangat terkenal itu, Romawi tidak puas dengan hasil yang mereka diperoleh pada peperangan tersebut apalagi dia adalah peperangan Arab melawan Romawi yaitu yang kita kenal dengan Perang Tabuk. Di sinilah kisah Ulbah bin Zaid. Dia diselipkan oleh sejarah di dalam sejarah perang Tabuk. Peperangan bagi orang Arab pertama kali melawan Romawi.

Kali ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam mengabarkan kepada para sahabat tentang tujuan dan rencana untuk melaksanakan peperangan di daerah Tabuk, sebuah daerah yang sangat jauh bagi bangsa Arab pada saat itu. Mendengar adanya seruan jihad ini maka kaum muslimin berbondong-bondong datang memenuhi kota Madinah dari seluruh pelosok negeri. Bagaimana pula mereka tidak berjihad di jalan Allah sedangkan Gerbang Syurga yang seluas langit dan bumi akan dibukakan untuknya. Rasulullah mengajak para dermawan untuk menginfakkan harta mereka guna bekal bagi pasukan yang akan berangkat menuju medan perang. Peristiwa ini dikenal dengan Jaisyul ‘Usroh.
Ulbah bin Zaid adalah dari suku Anshor dari kabilah Aus, adalah seorang yang fakir dan tidak memiliki harta benda untuk diinfakkan guna mendukung pasukan yang akan pergi berperang. Ia hanya dapat menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam mempersiapkan kelengkapan perang. Semua orang telah melengkapi dirinya dengan perlengkapan perang seperti baju besi, pedang, panah, tombak, unta, kuda dan lain lain. Ia menyaksikan semua itu dengan kesedihan yang mendalam, karena ia tidak memiliki uang sepeserpun untuk membeli peralatan perang tersebut.

Pagi itu, setelah sholat subuh, ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Barang siapa yang mempersiapkan Jaisyul ‘Usroh, untuknya surga”. Panas dingin rasa badannya mendengar sabda Nabi itu, apalagi dalam peperangan ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam tidak menerima mujahid kecuali mereka yang memiliki kendaraan dan kelengkapan perang.

Ulbah juga melihat ketika Rasulullah duduk di Kota Madinah di Masjid Nabawi. Ulbah meliha Rasulullah duduk dikelilingi para sahabat. Tiba-tiba Abu Bakar datang sambil membawa uang sebanyak 4000 dirham, lalu beliau serahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam guna keperluan perang. Melihat uang sebanyak itu maka Rasulullah bertanya kepada Abu Bakar : “Apa yang engkau sisakan kepada keluargamu?” Abu Bakar menjawab : “Aku tinggalkan Allah beserta RasulNya”. Untuk itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam berkata: “Tidak ada harta yang bermanfaat bagiku seperti harta Abu Bakar.” Umar datang dengan membawa setengah hartanya. Usman membawa 1000 dinar dan menyerahkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Lalu Beliau mengaduk aduknya seraya berkata : “Tidak ada yang membahayakan Usman dengan apa yang dia perbuat setelah ini.” Abdurrahman bin auf membawa 200 uqiyah perak, dan disusul oleh para sahabat yang lain masing masing dengan membawa hartanya.
Para sahabat yang bukan dari golongan berada juga datang berinfak dengan apa yang mereka miliki. Ashim bin Adi membawa 90 wasaq dari kurma kebunnya, sebagian lagi ada yang membawa dua mud bahkan ada yang hanya satu mud (sebanyak dua telapak tangan orang dewasa). Semua kaum muslimin datang berinfak, kecuali para munafiqin.

Melihat hal itu, pulanglah Ulbah dengan membawa kesedihannya. Sampai larut malam ia tidak bisa tidur memikirkan dirinya yang tidak dapat berinfak dan membeli peralatan perang seperti para sahabat lakukan. Dia hanya mebolak-balikkan badannya di atas tikarnya yang lusuh. Selintas timbul dalam fikirannya untuk mengurangi kegundahan hati. Maka ia pun berwudhu lalu melaksanakan sholat. Kemudian ia pun menangis, menumpahkan semua kesedihannya kepada Dzat yang memiliki isi langit dan bumi. Lalu ia berdoa sambil mengangkat kedua tangannya: “ Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad, sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu yang dapat aku bawa berjihad bersama RasulMu, dan Engkau tidak memberikan di tangan RasulMu sesuatu yang dapat membawaku berangkat. Maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari semua perbuatan zholim mereka terhadap diriku dari perkara harta, raga atau kehormatan.”

Doa itu ia ucapkan berulang ulang kali seakan akan ia berkata : “Ya Allah, tidak ada yang dapat aku infakkan sebagaimana yang lainnya telah berinfak. Seandainya aku memiliki seperti yang mereka punya, aku akan lakukan untukMu, demi jihad di jalanMu. Yang aku punya hanya kehormatan, kalau Engkau bisa menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua kehormatanku telah aku sedekahkan malam ini untukMu!”.
Subhanallah, alangkah jernihnya doa tersebut keluar dari seseorang yang tidak punya; sebuah kedermawanan dari mereka yang disebut papa.

Pagi harinya, ia mengikuti sholat subuh berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Telah ia lupakan air mata yang telah tertumpah di atas sajadah tadi malam. Tetapi Allah tidak menyia-nyiakannya, Dia khabarkan semua cerita tsb kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam melalui perantaraan Jibril.
Selesai sholat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda: “Siapa yang tadi malam telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.”

Tidak ada seorangpun dari para sahabat yang berdiri, dan Ulbah pun tidak merasa bahwa ia telah bersedekah.
Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam mendekatinya dan berkata: “Bergembiralah Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya sedekahmu tadi malam telah ditetapkan sebagai sedekah yang diterima.”

Alangkah bahagianya Ulbah, doa yang ia panjatkan tadi malam sebenarnya adalah upaya dan usaha dari orang miskin yang tidak punya harta. Kiranya Allah mendengar rintihan dan jeritannya.

Semoga Allah merahmati Ulbah bin Zaid, dengannya kita belajar bahwa tidak selamanya memberi harus dengan materi. Disini kita dapat pelajaran bahwa dengan keterbatasan yang Allah berikan kita juga dapat berbuat untuk Islam. Ulbah bin Zaid bisa berbuat dan didengar oleh Allah, maka berbuatlah untuk Islam. Jadikanlah Ulbah bin Zaid ini Uswah (teladan). Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam banyak riwayat mengatakan: “ Tasbih adalah sedekah, senyum adalah sedekah, hingga suapan makanan ke mulut istri adalah sedekah, bahkan berhubungan badan dengan istri agar menjaga kehormatannya adalah sedekah.”

Permasalahannya apakah sedekah-sedekah yang seluas dan sebanyak itu diterima oleh-Nya?
Sudahkah kita niatkan semua pekerjaan kita untuk sedekah?
Sudahkah kita usahakan ikhlas dalamnya?
Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-masing.

10 Ribu Rupiah Membuat Anda Mengerti Cara Bersyukur”

Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, “Beri kami sedekah, Bu!”

Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, “Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!”

Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, “Tidak… tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!”
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.

Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.

Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: “Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah… Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga…!”

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, “Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga….!”
Deggg…!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.

Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. “Ada apa Pak?” Istrinya bertanya.

Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: “Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!”

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
“Bu…, aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.

Bu…, aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah.”

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu!

Ketegaran Seorang Anak Yatim Piatu

Inilah kisah inspirasional yang sungguh mengharukan dan menggetarkan hati. Betapa polos dan lugunya hati seorang bocah yang bisa menerima semuanya apa adanya. Tak ada keluh kesah dan kerendahan diri.
Yang ada hanyalah ketabahan, kesederhanaan, dan kenaifan yang terbungkus dalam kepolosan hatinya.

—–

Aku menatap bocah enam tahun yang berdiri di depanku. Tubuhnya penuh dengan daki. Aroma tak sedap merasuki penciumanku. Entah sudah berapa lama tubuhnya yang mungil tak bersentuhan dengan air dan sabun mandi.

Bola matanya yang indah memancarkan sebuah semangat. Astaga! Senyumannya manis sekali ketika dia tersenyum padaku. Sepasang lesung pipi menghiasi wajahnya. Laksana pelangi yang menghiasai langit hujan.

“Nama kamu siapa?” tanyaku sambil membalas senyumnya.

“Alexander,” jawabnya sambil tangannya memainkan ujung bajunya yang memiliki banyak tambalan.

“Alex, datang dengan siapa ke sini?”

Diam. Tak ada jawaban. Pandangannya menyapu lantai kelas yang kosong. Masih belum ada murid yang datang. Biasanya kalau hujan seperti ini murid-murid datangnya suka agak telat.
Ada sebutir air mata yang mendadak jatuh membasahi pipinya. Aku menjadi bingung dengan reaksinya atas pertanyanku.

“Alex, datang sendiri ya?” tanyaku sambil menggengam tangannya yang dingin.

“Emang kalau ngga ada mama sama papa ngga boleh sekolah di sini ya, kak?” jawabnya pelan.

Jawaban Alex menusuk hatiku.

“Siapa pun bisa belajar di sini. Termasuk kamu,” jawabku lalu mengelus-ngelus kepalanya dengan lembut.

“Alex ngga punya papa dan mama. Papa dan mama Alex sudah meninggal. Alex hanya tinggal dengan nenek.”

Aku memperhatikan kantong plastik tua yang dibawanya. Merasa, aku penasaran dengan isi kantong plastik tersebut. Alex langsung mengeluarkan isinya.

Ya Tuhan! Aku mencoba membendung air mataku tidak jatuh.

Miris. Sesak. Sedih dan terharu menyatu di dalam dadaku melihat isi kantong plastik yang di bawanya.
Dengan bangganya dia memperlihatkanku, beberapa lembar kalender usang yang telah dipotong empat lalu di lobangi dan diikat dengan tali dijadikan buku. Sebuah pensil yang sepertinya sudah di serut dengan pisau.

“Buku Alex, jelek ya kak?” Aku langsung memeluknya.

Suaraku sepertinya tertahan di tenggorokanku. Aku tak mampu mengatakan apa pun. Air mataku pun berhasil jatuh. Aku mengagumi semangatnya yang ingin belajar. Sebuah semangat yang luar biasa di antara keterbatasan yang dimilikinya.

Sewaktu aku kecil, aku sering merobek bukuku hanya untuk membuat pesawat kertas atau perahu. Ketika aku duduk di bangku SMP dan SMA, bukuku sering penuh dengan coretan yang tidak jelas.

*****
Selesai kelas dan anak-anak lainnya sudah pulang semua. Aku menggantar Alex pulang. Bukan karena dia tidak bisa pulang sendiri. Tapi aku ingin melihat di mana dia tinggal.

“Kakak, ini rumah Alex!” ucapnya dengan penuh kebanggan. Tak ada sedikit pun rasa malu.

Ini bukan rumah apa lagi gubuk.

Aku memperhatikan hamparan tikar tua yang menjadi alas. Sekat setinggi lutut orang dewasa mengelilingi rumah Alex. Tidak ada dinding sama sekali apa lagi atap. Jalan tol megah menjadi atapnya. Tumpukan kardus menjadi perabot rumah tersebut. Halamannya penuh dengan tumpukan gelas dan botol bekas air mineral.

“Masuk, kak! Nenek lagi ngga ada. Masih mulung!”

Tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya. Aku masuk lalu menghempaskan tubuhku ke lantai.

“Kak, ini airnya diminum ya,” ucap Alex lalu menyerahkan segelas air putih.

Aku meraih gelas yang penuh dengan air putih tersebut lalu meminumnya. Terasa aneh di lidahku. Sepertinya itu adalah air sumur yang telah di rebus.

*****
Dalam kurun dua minggu Alex sudah bisa mengenal semua abjad dan angka. Prestasi yang tidak dapat diikuti oleh teman-teman sekelasnya yang lain.

“Wow! Alex hebat! Sudah bisa mengenal semua huruf,” pujiku setelah kelas selesai.

Dengan malu-malu dia tersenyum padaku. Detik berikutnya, dia mencari sesuatu di dalam tas yang pernah aku berikan padanya.

“Alex, mau bisa membaca kitab suci seperti mama dan papa dulu. Makanya Alex mau belajar.”

Wajahku rasanya seperti tertampar. “Maafkan aku, Tuhan. Pagi ini aku telah melupakanMu. Aku tidak membaca sabda suciMu,” Bisikku dalam hati.

*****

Wajahku memancarkan kegelisahan. Entah kenapa, aku merasa kuatir ketika Alex belum juga datang. Tidak seperti biasanya, jam segini dia sudah datang. Selalu dia menjadi murid yang pertama kali hadir di kelas. Lima menit lagi kelas akan di mulai.

Hingga waktu jam proses belajar mengajar, Alex tidak datang.

“Sakitkah dia?” tanyaku dallam hati.

Tak ada satu pun yang tahu alasan Alex tidak hadir hari ini di kelas.
Selesai kelas, aku langsung bergegas menuju ke tempat tinggalnya. Sebelum sampai ke rumah Alex, seorang ibu menyapaku.

“Cari Alex ya, kak?”

Aku menganggukan kepala sambil menjawab “Iya, bu!”

“Alex di rumah sakit, kak! Semalam Alex …….”

Sungguh, aku tidak mampu mendengar penjelasan ibu tersebut. Seragam dan perlengkapan sekolah yang aku pegang untuk Alex rasanya ingin lepas dari tanganku.

*****
Rasanya langit seperti runtuh dan menimpaku ketika melihat keadaan Alex. Tangan kanannya penuh dengan perban. Alex kecelakaan ketika membantu neneknya memulung dan tangan kanannya terlindas ban truk sehingga dia harus diamputasi. Dengan bekal pinjaman sana-sini dan bantuan tetangga serta pengguna jalan raya yang menyaksikan peristiwa tersebut, akhirnya Alex di bawa ke rumah sakit.

Kantong plastik yang berisi seragam sekolah, tas dan perlengkapan sekolah terlepas dari tanganku. Masih terngiang dikepalaku percakapan kami kemaren.

“Kak, Alex mau masuk SD tapi kata nenek, uangnya belum cukup. Katanya baju seragam sekolah mahal.

Tapi Alex percaya kalau Tuhan pasti akan kasih nenek duit biar Alex bisa sekolah.”

“Alex, pasti sekolah. Percayalah!”

Tangan kanannya yang buntung dibalut perban. Betapa mirisnya hatiku melihat perban itu. Aku melihat tubuhnya yang pucat dan menahan rasa sakit diantara selang infus yang masih terpasang ditubuhnya.

Aku mengumpulkan semua kekuatanku hanya untuk menyapanya.

“Hallo, Alex?”

Aku duduk di sisinya. Aku membelai rambutnya.

“Kak, tangan Alex sakit sekali. Tangan Alex kenapa dipotong? Kan Alex mau nulis?”

Aku mencoba untuk menahan air mataku untuk tidak jatuh membasahi pipiku. Aku tidak boleh menangis didepan Alex.

“Alex pasti sembuh!” kataku mencoba menghiburnya.

“Kalo Alex sembuh itu artinya tangan Alex tumbuh lagi ya, kak?”

Nenek Alex yang berdiri dibelakangku memegang erat pundakku. Hanya Tuhan yang tau betapa perihnya hati ini melihat keadaan Alex.

“Iya, Alex lupa. Alex bisa menulis pakai tangan kiri. Kalau Tuhan ngga kasih mujizat untuk numbuhin tangan kanan Alex, tuhan pasti kasih mujizat buat Alex untuk menulis dengan tangan kiri.” Ucapnya dengan senyuman.

Aku tidak bisa menahan air mataku untuk tidak jatuh. Aku juga merasakan tetesan air mata nenek Alex jatuh membasahi bahuku. Aku ngga bisa membayangkan kalau aku mengalami apa yang dialaminya. Aku mungkin bisa gila! Tapi berbeda dengan Alex. Dia tetap optimis meski dia sendiri tidak tahu arti optimis itu apa.

Kerinduan Seorang Yatim Piatu Pada Kedua Orang Tuanya

Terkadang aku bersedih,,
Terkadang aku menangis,,
Menjalani masa yang begitu sulit..
Masa yang sebenarnya bukan untuk seorang anak sepertiku..

Ketika mentari mulai menampakan sinarnya,
Aku mulai meninggalkan rumah..
Tak lupa tuk berpamitan pada rumah tua yang tak berpenghuni..
Tak seperti mereka,
Berpamitan kepada dua sosok manusia yang telah menjadikan sebab ia ada di dunia..

Sungguh perbedaan yang begitu jauh antara aku dan mereka..
Kala mereka bersekolah,,
Maka aku harus bekerja..
Kala mereka bermain,,
Maka bagiku sejenak untuk beristirahat,,
Sebelum aku lanjutkan tuk mengais rizki..

Meskipun aku masih kecil,,
Tapi aku sadar..
Masa yang sedang aku jalani ini,
Menuntut diriku untuk menjadi jiwa yang dewasa..
Berkerja demi sesuap nasi..

Sungguh amat keras hidup ini..
Setiap detik,,
Setiap waktu,,
Rintangan demi rintangan selalu menghampiriku..

Gelap,,
Dingin,,
Sunyi,,
Bukanlah hal yang baru bagiku..

Ditemani radio tua milik ayahku dulu,
Radio yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi,,
Aku mencoba untuk tetap semangat menjalani kerasnya hidup ini..

Ya..
Meskipun berat,
Tapi aku masih bersyukur..
Tuhan masih menciptakan mereka,,
Ada saja orang-orang yang mau berbagi kasih sayang denganku..

Dalam setiap do’a,
Sebuah permohonan tak pernah lupa aku lantunkan..
Berharap mereka mendapat balasan yang setimpal atas kebaikan mereka kepadaku..

Hm..
Aku hanyalah anak kecil,,
Yang haus akan kasih sayang orang tua..
Yang haus akan sentuhan tangan orang tua..
Yang selalu aku nantikan kedatangannya dalam kehidupan yang keras ini,,
Meski aku tahu itu tak mungkin..

Ya Allah..
Mengapa Kau ambil mereka?
Mengapa Kau ambil mereka saat aku masih begitu kecil..
Saat aku masih bayi..
Sehingga kasih sayang mereka waktu itu tak bisa kurasakan..
Dan, kini mereka telah tiada..
Takkan pernah lagi aku merasakan kasih sayang mereka..

Ya Allah,,
Aku ikhlas menjalani semua ini..
Menjalani hidup tanpa kasih sayang mereka..
Tapi,,
Kabulkanlah satu pintaku ini,,
Pertemukanlah aku dengan kedua orang tuaku,,
Kelak di Surgamu,,
Karena aku,,
Begitu merindukannya..

—– :: Mimpi Seorang Hasan Al Bashri ::—–

Suatu ketika, ada sebuah ketegangan antara Hasan Al Bashri dan Ibnu Sirin. Keduanya tak mau saling menyapa. Bahkan, etiap kali mendengar orang lain menyambut nama Ibnu Sirin, Hasan Al Bashri merasa tak suka, “Jangan sebut nama orang yang berjalan dengan lagak sombong itu di hadapanku,” ujarnya.

Suatu malam Hasan Al Bashri bermimpi sesuatu yang aneh, Ia seolah-olah sedang bertelanjang di kandang binatang sambil membuat sebatang tongkat. Pagi hari ketika bangun, ia merasa bingung dengan mimpinya itu. Tiba-tiba ia ingat bahwa Ibnu Sirin yang kurang ia sukai, merupakan orang yang pandai menafsirkan mimpi.

Merasa malu dan gengsi bertemu sendiri, Ia meminta tolong seorang teman dekatnya untuk menemui Ibnu Sirin, “Temui Ibnu Sirin, dan ceritakan mimpiku ini seakan-akan kamu sendiri yang mengalami,” pesannya.

Teman dekat Hasan Al Bashri itu segera menemui Ibnu Sirin. Begitu selesai menceritakan isi mimpi tersebut, Ibnu Sirin langsung berkata, “Bilang pada orang yang mengalami mimpi ini, jangan menanyakannya kepada orang yang berjalan dengan lagak sombong. Kalau berani suruh ia datang sendiri kemari.”

Mendengar laporan yang disampaikan temannya ini, Hasan Al Bashri kesal. la bingung, dan merasa tertantang. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia memutuskan untuk bertemu langsung dengan Ibnu Sirin. la tidak peduli dengan rasa malu atau gengsinya.

“Antarkan aku ke sana,” katanya. Begitu melihat kedatangan Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin menyambutnya dengan baik. Setelah saling mengucap salam dan berjabat tangan, masing-masing lalu mengambil tempat duduk yang agak berjauhan.

“Sudahlah, kita tidak usah berbasa-basi. Langsung saja ! Aku bingung memikirkan dan menafsirkan mimpiku,” kata Hasan Al Bashri. Lalu, ia menuturkan sekilas tentang mimpinya.

“Jangan bingung,” kata Ibnu Sirin. “Telanjang dalam mimpimu itu adalah Ketelanjangan dunia. Artinya Anda sama sekali tidak bergantung padanya karena Anda memang zuhud. Kandang binatang adalah lambang dunia yang fana itu sendiri. Anda telah melihat dengan jelas keadaan yang sebenarnya. Sedangkan sebatang tongkat yang Anda buat itu adalah lambang hikmah yang Anda katakan, dan mendatangkan manfaat bagi banyak orang.”

Sesaat, Hasan Al Bashri terkesima. la kagum pada kehebatan Ibnu Sirin sebagai ahli penafsir mimpi, dan percaya sekali pada penjelasannya.

“Tetapi bagaimana Anda tahu kalau aku yang mengalami mimpi itu ?” tanya Hasan Al Bashri kemudian dengan rasa penasaran.

“Ketika temanmu menceritakan mimpi tersebut kepadaku, aku berpikir menurutku hanya engkau yang pantas mengalaminya,” jawab lbnu Sirin singkat dan santai.

Refleksi Hikmah :

Kadang memang kita akan mengalami kecekcokan diantara kita dan orang lain. Tapi, dengan kecekcokan tersebut jangan sampai membuat kita malah berlarut-larut dalam sebuah kubang kesia-siaan yang akhirnya malah membuat kita terhmabat dan terhalang dengan pintu kebaikan yang berada di depan mata kita

Sedekah Rasulullah صلي الله عليه وسلم

Sedekah Rasulullah صلي الله عليه وسلم

Telah hampir datangnya janji yang telah ditetapkan oleh Allah, maka janganlah kamu minta disegerakan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah Ia dari perbuatan syirik yang mereka lakukan.(Qs. An Nahl:1)

Bismillahirrohmanirrohim
Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?”
Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasul lalu berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!”
Pengemis itupun pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.”
Rasulullah SAW menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.
Rasulullah SAW memberikan dua dirham itu kepada si pengemis lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak. Rasullulah SAW berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah SAW pun memberinya uang untuk ongkos.
Dua minggu kemudian pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersada, “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskinyang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.“

Sungguh suatu pelajaran berharga bisa kita dapat dari Rasulullah SAW. Beliau tidak hanya memberikan Sedekah pada fakir miskin, namun juga memberikan ‘kail’ kepada mereka agar kelak mereka bisa hidup mandiri. Subhanallah.

Tetap HUSNUDZON kepada ALLAH apapun yg terjadi

Nabi NUH A.s belum tahu banjir akan datang ketika ia membuat kapal & ditertawai kaumnya..
Nabi IBRAHIM A.s belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya..Nabi MUSA A.s belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah
memukulkan tongkatnya..Nabi MUHAMMAD SAW pun belum tahu kalau Madinah adalah Kota Tersebarnya Ajaran
yang dibawanya saat beliau diperintahkan berhijrah..
Yang Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh pada perintah ALLAH SWT dan
tanpa berhenti Berharap yang Terbaik..
Ternyata dibalik ketidaktahuan kita, ALLAH telah menyiapkan SURPRISE saat kita menunaikan perintah-NYA..
Biasanya Tangan-tangan ALLAH Bekerja didetik-detik Terakhir dalam Usaha Hamba-Nya..
So, Never Give Up, Do your best…
Kalaupun Hasil Yang kita Usahakan Jauh dari Harapan bahkan Menyakitkan, Jangan kita
berkecil hati…
Karena Sering ALLAH mencintai kita dengan cara2 yang kita benci…
Tetap HUSNUDZON kepada ALLAH apapun yg terjadi..
ALLAH berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
(Qs. Al Baqarah : 216)
Sahabatku..point penting nya kadang kala..para nabi,para aulia,guru guru kita..lebih mendahulukan taat kpd Allah dari pada melihat akal pikirnya..satu bentuk kepasrahaan kpd perintah-tanpa tau apa yg akan terjadi nanti,seorang hamba..yg terpilih-telah rela & ikhlas kpd apa- pun yg dituliskan oleh YG Maha Pemurah dlm hidupNya
Bagaimana dg perintah sholat, sodakoh,memberi makan fakir miskin,sholat malam.. Haji…subhanallah..jangan 2 ini adalah awal – dari..keajaiban..dari Allah untuk kita.. Selamat.. Ber sedekah..

Singkong+Kopi PahitSingkong + Kopi Pahit

Ini sebuah kisah nyata dari seorang Sahabat saya di sebuah Pesantren Besar yang sudah menusantara, ketika saat-saat indah penganten baru.
Di rumah dinasnya yang sangat-sangat sederhana, beliau menghidangkan kepada sang istri beberapa potong Singkong Rebus dan segelas Kopi Pahit (kopi tanpa gula), tak ada makanan lain selain itu.
“ Bang, gak ada makanan lainkah ? “. Tanya lembut sang istri
“ ya… di hari yang indah ini kita hanya punya Singkong Rebus dan Kopi Pahit, makanlah….” Jawab sang suami apa adanya. Hati kecil sang istri berprasangka baik kepada sang Saumi, barangkali saja sang suami sedang bercanda, maka dimakanlah singkong rebus itu dan dimunum juga kopinya dan ternyata kopinya benar-benar pahit, sang istri hanya tersenyum agak sinis sambil menyimpan pertanyaan besar dalam hatinya namun sepatah katapun dia gak berani mengungkapkan, “ apa artinya ini ya ? “.
tiba-tiba sang suami dengan serius memberikan sebuah statmen kehidupan yang akan dilalui bersama istrinya, “ Sayang… hidup kita saat ini, besok, lusa dan mungkin seterusnya adalah seperti Kopi Pahit ini, kita harus bisa dan terbiasa menelannya karena bisa jadi banyak kepahitan-kepahitan yang akan kita alami dan lebih pahit dari kopi ini, jangan pernah merasa iri dan tergiur dengan kopi manis yang diminum orang lain karena kita hanya punya Kopi Pahit, dan Singkong rebus ini adalah sesungguhnya makanan rakyat yang tangguh menghadapi sulit dan pahitnya kehidupan di negeri ini, dan itu bisa kita dapatkan dengan cara mudah dan halal, maka biasakanlah makan singkong rebus “.
Sahabat, ternyata sahabat saya ini bukan sedang bercanda, beberapa hari yang lalu saya bersama teman bersilaturrahim ke rumahnya dan ternyata sudah dikaruniai 3 orang anak, duduk di saung depan rumahnya telah tersedia makan khas beliau Singkong Rebus + Kopi, “ jangan-jangan kopinya masih pahit, nih “, bisik saya dalam hati, sayapun mencicipi, alhamdulillah ternyata manis, ha ha ha….
Sahabat, bersyukurlah jika hari-hari kita ketika kita lapar ada menu makanan yang bisa kita makan sesuai selera kita, ketika kita haus ada minuman kesukaan kita yang bisa kita beli, diperjalanan ada tukang jualan beraneka jajanan bisa kita dapatkan dengan mudah, karena dikesempatan yang sama banyak sekali saudara-saudara kita yang sehari-harinya untuk mendapatkan sesuap nasi saja harus bekerja keras peras keringat dulu bahkan tidak sedikit harus hutang dulu untuk makan. Maka sangat tidak etis kalo di meja makan kita tersedia menu lengkap dan ketika kita akan menyantapnya LUPA tidak menyebut NAMA ALLAH SWT.
Sekali waktu sempatkanlah berwisata di sebuah desa miskin atau Panti Asuhan dan Pesantren di Pelosok, betapa hebat dan tegarnya mereka mengarungi kehidupan yang serba terbatas, sehari ketemu nasi sekali saja bagi mereka sudah cukup, tidak pernah terfikir bagi mereka ingin makan pizza, hamberger, Es Teller atau menu makanan lain yang lagi ngetrend saat ini.

Demikian juga kehidupan para Yatim dan Dhu’afa baik yang masih dalam naungan keluarga ataupun yang hidup di Panti-Panti Sosail, Pesantren dan Saung Yatim & Dhu’afa tidaklah sama dengan kehidupan para keluarga normal yang hidup berkecukupan, Bagi Keluarga Yatim dan Dhu’afa yang penting bagi mereka hari ini ada beras yang bisa dimasak, mereka bisa dan terbiasa makan dengan kerupuk saja atau lauk ikan asin saja, atau dengan sambal dan sayur saja atau yang paling gampang bagi mereka dengan mie instan juga sudah cukup .

Dengan segala keterbatasan, mereka tetap memiliki semangat untuk berubah menjadi lebih baik, untuk itulah kami mengajak Anda untuk beramal sholeh membantu kebutuhan para Yatim dan Dhu’afa yang bernaung di Saung Yatim & dhu’afa
Ketik BISMILLAH, NAMA, NIAT SEDEKAH KARENA ALLAH SWT,
Sahabat, ketika ini kita lakukan, maka sel-sel darah dan daging yang tumbuh pada anak-anak asuh kita akan menjadi saksi atas sedekah dan amal sholeh yang pernah kita berikan kepada mereka, dan pahala kita akan terus mengalir ketika mereka malakukan segala bentuk aktifitas ibadah selama hidupnya, subhaanallah

Sandal Jepit Istriku

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh… betapa tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop ini rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin nggak ketulungan. “Ummi… Ummi, kapan kau dapat memasak dengan benar…? Selalu saja, kalau tak keasinan…kemanisan, kalau tak keaseman… ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.”Sabar bi…, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul…? ” ucap isteriku kalem. “Iya… tapi abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini…!” Jawabku dengan nada tinggi. Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku yakin pasti air matanya sudah merebak.

***

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan ‘baiti jannati’ di rumahku. Namun apa yang terjadi…? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal burak (pecah). Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-piring kotor berpesta pora di dapur, dan cucian… ouw… berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan detergen tapi tak juga dicuci.

Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada. “Ummi…ummi, bagaimana abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini…?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihat itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah…?” Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. “Ah…wanita gampang sekali untuk menangis…,” batinku berkata dalam hati. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihat…? Isteri shalihat itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai dipipinya. “Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja untuk jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abi nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda…” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap merebak.

***

Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?” pinta isteriku. “Aduh, Mi… abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku. “Ya sudah, kalau abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,” jawab isteriku. “Lho, kok bilang gitu…?” selaku. “Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam bus dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi. “Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan. Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. “Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin sendiri. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah. Dug! Hati ini menjadi luruh. “Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus. “Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku. “Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar.

Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berbaya gelap dan berjilbab hitam melintas. “Ini dia mujahidahku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri. Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku.

Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.” Sedang aku..? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku…? terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi suami terdzalim!!! “Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berbaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia. “Abi…!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini. “Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.

***

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, jazakallahu…,”ucapnya dengan suara tulus. Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan ‘iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku…?

Semoga berguna bagi kita semua….amin ya rabbal alamien
Wassalam
Hamba Allah

Semoga Bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita.
Wassalamualaikum wr wb

Menilai, Sebelum dan Sesudahnya

Dia menikahi suaminya karena dia adalah “pria yang demikian berkuasa,” dan dia menceraikan suaminya karena dia adalah “pria yang sangat menguasai.

” Dia menikahi istrinya karena dia begitu “lembut dan mungil” dan menceraikannya karena dia begitu “lemah dan tak berdaya”.

Dia menikahi suaminya karena ia “tahu membiayai hidup yang layak” dan menceraikannya karena “semua yang dipikirkannya hanyalah pekerjaan.”

Dia memperistrikan dia karena “dia mengingatkan saya kepada ibu saya” dan menceraikannya karena “dia setiap hari semakin mirip dengan ibu saya.”

Dia menikahi suaminya karena dia begitu “mudah bergaul dan romantis” dan menceraikannya karena dia “tak punya kemauan dan hanya ingin bersenang-senang.”

Dia memperistrikan dia karena dia begitu “mantap dan pandai” dan menceraikannya karena dia begitu “membosankan dan tidak menarik.